9/9/10

1 Syawal 1431 H




Takbir menggema disetiap penjuru Bumi
Seluruh makhluk mengumandangkan asma kebesaranMU
Dimalam yang fitri ini hamba bersimpuh
Memohon ampunanMu,

9/2/10

My Journey


17.00 PM
Kupacu sepeda motorku dijalanan pantai utara, meluncur dengan kecepatan tinggi melewati truk-truk kotainer.Hari ini sepulang kerja, aku berniat untuk balik ke kota asalku untuk bertemu dengan orang-orang yang slalu kurindu.Matahari mulai rendah condong keufuk timur, awan jingga mulai memerah menandakan bumi akan berselimutkan malam. Setelah pack semua kebutuhanku,cukup untuk 2 hari menghabiskan weekend bersama keluarga dan orang-orang tercinta.
Daypack lusuh yang biasa ku pakai memuat beberapa keperluanku,t-shirt, celana jens belel, jaket, jas hujan,laptop dan beberapa aksesoris kususun agar semuanya muat dalam 1 tas.perjalananku kali ini menuju sebuat kota kecil berjuluk Swiss van Java,itu karna keeksotikan alamnya hingga pada tahun 1930-1940 pada masa penjajahan belanda oleh Holke Van Garut menjulukinya dengan sebutan ”Switzerland van Java”.Jam dihandphoneku menunjukan 17.30 PM artinya aku akan melewati jalan Ciater - Tangkuban Perahu selepas magrib,ku tambah lagi kecepatan dengan maksud menghindari kabut tebal sekitar tangkuban perahu,namun usahaku gagal.Aku sampai jam 18.00 dipertigaan jalan cagak,jalan yang menunjukan 2 arah kekiri menunjukan arah Sumedang dan kekakanan menunju ke arah Bandung, aku biasanya memakai jalan pintas Sumedang untuk memangkas 1 jam perjalanan namun kali ini aku harus melewati kota Bandung karna hari sudah tidak kondusif. Dingin mulai terasa saat aku melewati hamparan perkebunan teh, kabut tebal dengan jarak pandang 5 meter membuatku harus mengurangi kecepatan. Kabut yang seakan menyelimut jalanan, tertembus lampu-lampu dari kendaraan dan cahaya lampu jalan membuatnya tampak indah,aku seakan menembus batas perjalanan malam yang mulai terasa dingin menyelimuti tubuhku.

Jalan mulai licin dan basah karena kabut tebal membawa butiran-butiran air,membuatku harus mengurangi lagi kecepatan laju sepeda motor.setelah melewati Lembang akhirnya sampailah di kota Bandung, kota yang menurutku indah bukan hanya fashion menarik atau mojangnya yang cantik tapi karna anak mudanya kreatif dan banyak tempat-tempat jajanan menyuguhkan beraneka makanan dengan harga terjangkau.
Nampaknya aku harus istirahat sebentar, mengisi perut yang keroncongan akibat kedinginan sewaktu di Tangkuban Terahu sambil mengisi bahan bakar.Tak lama berselang, setelah sholat magrib diqodo dengan isya karna waktu sudah menunjukan 19.15,perutku terisi dan bahan bakar cukup aku langsung melanjutkan perjalananku.Jarak yang ditempuh sekitar 1,5 Jam dengan speed kendaraan bermotor tidak terlalu cepat.

Kali ini melewati turunan Jalan Nagreg yang selalu macet oleh kendaraan yang menuju Tasik maupun arah berlawanan,kecepatan motorku perlahan menuruni jalan dan tikungan dengan memakai rem depan dan belakang.1,5 Jam perjalanan akhirnya sampai dikota Garut jam menunjukan 20.30,namun ku pikir badan ini akan kembali segar setelah berendem air hangat di Ciapanas-Tarogong.Tak pikir panjang,sepedah motor kubelok kekanan dan menuju tempat rendam yang masih buka.

Setelah membersihkan badan dari debu jalanan,kemudian ku susuri malamnya kota kecil ini, tak ada yang berubah masih seperti pada saat kumeninggalkan kota ini.Tak lupa mampir di Ceplak, tempat jajanan malam yang biasa buka dari jam 04.00 sore sampai menjelang subuh.Kuhubungi sahabat yang tinggal tak jauh dari tempat tersebut, malam ini aku istirahat di tempatnya. karna waktu tidak memungkinkan untuk dilanjut ke rumah orang tuaku.

06.00 AM
Kusambut pagi dengan udara yang berhembus dari luar jendela yang terbuka, ku hirup udara segar yang belum terkontaminasi. Ku buka laptop yang selalu menemaniku dalam setiap perjalanan, kulihat jadwal undangan dalam sebuah jejaring sosial. Undangan reuni sebuah klub panjat tebing yang bernama Garut Climbers Club, Klub yang didirikan 5 tahun silam tepatnya 22 Maret 2005 bulan yang sama dengan hari kelahiranku dan aku diamanahi untuk menjaga sebuah makna idealisme.Bagiku klub ini adalah rumah kedua yang memberiku rasa nyaman, aman dan memberi ketenangan.
Tak terasa jam menunjukan pukul 08.00, ini artinya aku harus segera menemui orang-orang yang slalu kurindukan. Setelah membersihkan badan aku segera bergegas dan berpamitan,selama dalam perjalanan aku membayangkan roman wajah keluarga satu persatu,hingga tak terasa aku sudah sampai didepan halaman sebuah rumah sederhana yang telah menyimpan banyak kisah. Halaman yang masih rindang dengan tumbuhan yang terawat oleh tangan seorang ibu yang selalu menghargai tumbuhan sebagai bagian makhluk hidup ciptaan Tuhan. Kubuka pintu gerbang yang terbuat dari tralis besi berwarna jingga tua yang sudah usang, suara pintu gerbang berderet membuat seorang wanita setengah baya keluar dari rumah untuk melihat siapa yang datang. Wanita itu tampak tersenyum melihat kedatanganku, menggambarkan kerinduan yang dalam. Lantas ku hampiri dan ku kecup tangan wanita ini, tangan yang selalu membelaikan kasih sayangnya semenjakku masih dalam kandungan. Telapak tangan yang begitu mengenaliku, seakan menyapa dengan kelembutannya.

Kuucapkan salamku sebagai do’a awal pertemuan,aku segera dibawa masuk rumah dan kuhampiri seorang lelaki dewasa tagguh dengan sedikit keriput dikening.lelaki ini mengulurkan tangan kekarnya dan berotot menggambarkan seorang pekerja keras dan orang bertanggung jawab,lantas kupanggil orang dewasa ini dengan sebutan Ayah.Kusambut uluran tangannya dengan kecupan dipunggung tangan, telapak tangan yang kasar tetapi penuh kelembutan.
Kedua adikku keluar dari kamarnya dan menghampiriku seraya mencium tangan,kubuka obrolan diselangi candaan dan gelak tawa dipagi hari yang cerah.Ibu kemudian mempersiapkan makan siang bersama adik perempuanku sedangkan ayah memberi pakan ikan dikolam belakang rumah dan aku menuntaskan games Need for Speed Most Wanted dengan adik lelakiku.

14.00 PM
Kuambil handphone dan ku kontak satu persatu kawan pemanjat tebing, kali ini reunian akan diselenggarakan esok hari di Tebing Batu Tumpang sebelah selatan kota Garut. Setelah undangan disebar melalui massage singkat. Aku mulai mengecek peralatan pemanjatan mulai dari harness, sepatu khusus untuk pemanjatan dibatu, carabiner, figure eight,carmmantel,runner dan alat-alat lainnya.

06.00 AM
Pagi ini cuaca sangat mendukung, mungkin karena malem tadi hujan begitu lebat. Setelah memanaskan mesin motor beberapa menit, aku memulai perjalananku hari ini menuju basecamp Garut Climbers Club.Satu jam perjalanan tak terasa, tampaknya beberapa anggota klub sudah hadir mereka sudahlah lama menunggu kedatanganku.
“Weiss…!Pa kabar, Ketu?
Mereka menyambutku hangat
“Alhamdulillah,Bagaimana kabar cicak-cicak didinding pagi ini?”
sembari menyalami anggota klub satu persatu
“Kabar mereka baik,namun kabar dari dinding mereka dah gatel rupanya pengen kita kelitikin..hehe..”
“Okay,mari kita panjat lagi sejengkal untuk negeri”
Setelah lama bercakap-cakap,kita mulai berangkat tak lupa diawali dengan do’a.

08.00 AM
Kira-kira menghabiskan 2 jam perjalanan,kita sudah sampai disebuah tebing dengan nama Batu Tumpang yang terdapat di Cikajang-Garut. Tebing dengan ketinggian 150 m jenis batuan andesit dengan tingkat kesulitan beragam namun kali ini memakai jalur dengan tingkat kesulitan 5.10 untuk sport dan 6 untuk climbing.Jalur ini dinamai jalur GCC oleh si pembuatnya Tedi Ixdiana,seorang pembuat jalur dari Sekolah Panjat Tebing Indonesia pada tahun 2006, nama yang dipakai dari singkatan klub.

Setelah semua peralatan dikeluarkan dari carrier dan di chek satu persatu kemudian alat pengaman dipasang pada dinding-dinding tebing yang sudah terdapat hanger. Udara yang sejuk dan bersih merasuki tubuhku,

O2 bercampur dengan Hb yang mengalirkan kesetiap ruang tubuh membuatku bersemangat untuk menikmati setiap jengkal tebing. Tak sia-sia terbayar lunas semua lelah dengan pemandangan hamparan perkebunan teh yang hijau dan langit yang biru.

Terbersit ingatanku beberapa detik/scond akan seorang wanita jurnalistik, di Tebing inilah pertama kali aku mengenal pribadinya.
“mmm...biarlah waktu yang akan menghapusnya,terhanyut bersama dinginnya kabut”
Gumamku dalam hati…
Setelah beberapa menit larut menikmati indahnya alam, saatnya aku refling menuruni dinding tebing…

end

Promo Hotel Buat Traveler